Sekretariat: Jl. Bintara 8 Kelurahan Bintara Kecamatan Bekasi Barat (17134) Kota Bekasi Propinsi Jawa Barat Indonesia

Minggu, 21 November 2010

Burung Pelatuk


Sebuah Pelajaran Dari Burung Pelatuk

bird_blog.jpgCintaku, cucu-cucuku. Lihat pohon itu di sana. Apakah engkau melihat burung dengan dada putihnya yang indah, dihiasi dengan leher berwarna merah dan bulunya yang indah? Amati keindahan pada kepalanya, pada lehernya, dan pada kakinya. Betapa indahnya burung itu, bukankah begitu? Aku rasa burung itu adalah burung pelatuk. Benar, lihat bagaimana burung itu menggunakan paruhnya yang unik untuk mematuk kulit pohon. Tahukah engkau kenapa ia melakukan hal itu? Burung itu mencari serangga yang ada dalam kayunya.
Tidak seperti burung lainnya, burung pelatuk dapat berjalan lurus menaiki sebuah pohon. Ia juga bisa berjalan naik atau turun, berjalan ke setiap sisi, berputar mengelilingi batang pohonnya, mematuk-matuk untuk mencari makanan. Ketika seseorang ingin memanjat sebuah pohon, mereka harus meletakkan kedua tangan mereka di batang pohon dan memeluknya erat-erat. Tetapi burung pelatuk dapat berjalan naik-turun dengan mencengkram kuat batang pohonnya. Jika burung pelatuk harus memeluk batang pohonnya sebagaimana yang dilakukan manusia, ia tidak akan dapat mematuk dan mengeluarkan makanan dari dalam kayunya. Tidak ada burung lain yang bisa melakukan apa yang dilakukan burung pelatuk. Kebiasaan ini aneh untuk dilihat. Engkau tidak akan menemukannya pada burung lain.
Cintaku, cucu-cucuku. Seorang manusia bijak adalah seperti burung pelatuk, dan dunia ini adalah seperti sebuah pohon besar. Dengan keimanan, keyakinan, dan keteguhan hati, seorang manusia bijak, seorang insan kamil, bisa melakukan apa yang manusia lain tidak bisa lakukan. Seperti burung pelatuk, dia bisa dengan mudah memanjat ke atas, mematuk pada setiap tempat. Sebagaimana ia mengarungi dunia tanpa mengambilnya, ia mematuk dengan sifat-sifat Tuhan dan mengeluarkan kebenaran yang dibutuhkan bagi penghidupannya. Dia mengeluarkan cinta, kebijaksanaan, belas kasih, ketenteraman, dan Tuhan. Seorang manusia bijak tidak bergantung pada pohon dunia atau mengikatkan dirinya kepada akal pikiran dan keinginan (hasrat). Dunia tidaklah sulit baginya, karena ia bebas bergerak kemana saja ia kehendaki. Kehidupan dan hubungan-hubungan di dalamnya tidaklah berat baginya, karena ia memiliki iman, keyakinan, dan keteguhan hati yang dikenal sebagai iman. Seorang manusia bijak hanya mengambil kebenaran, sebuah titik dari segala sesuatu. Hal ini alami baginya. Kebanyakan manusia, pada sisi lainnya, menempelkan hidung mereka pada segala urusan dunia dan berusaha untuk mengambil segalanya. Karenanya, mereka menemukan banyak kesulitan ketika mereka berusaha memanjat pohon itu. Apakah engkau mengerti?
Burung pelatuk adalah burung yang lembut (subtle), dan manusia bijak adalah mahluk yang lembut (subtle). Jika manusia tidak menjadi bijak dan lembut, ia akan terus menggenggam dunia dan tidak akan mampu untuk memanjat dan terbang. Akan sulit baginya untuk mengeluarkan kebenaran. Akan sulit baginya untuk memiliki sifat-sifat baik atau untuk memahami cinta atau untuk meraih kemerdekaan bagi jiwanya. Karena hal inilah dia menderita dan terjatuh.
Cintaku, cucu-cucuku. Apakah engkau mengerti bagaimana manusia bijak hidup di dunia ini tanpa menggenggamnya? Adalah sangat mudah baginya karena ia memiliki iman, keyakinan, keteguhan hati, dan kebijaksanaan. Renungkan hal ini. Jika engkau juga belajar bagaimana untuk melakukan hal ini, engkau akan lebih indah daripada burung pelatuknya. Tuhan akan menempatkan mahkota keagungan-Nya pada kepalamu dan memberimu dua sayap dari kebijaksanaan dan iman. Kedua matamu akan begitu indah dan hatimu akan menjadi cahaya putih yang suci. Hidupmu akan lengkap, dan engkau akan memiliki ketenteraman.
Seperti itulah seorang manusia bijak. Semua manusia lainnya, semua yang tidak memiliki kebijaksanaan, berada dalam derita. Walaupun mereka membutuhkan Tuhan, kebijaksanaan dan cinta, mereka bergantung pada dunia dan karena itulah mereka menderita. Cucu-cucuku, semakin kuat engkau bergantung pada pohon dunia, engkau pun akan semakin menderita.
Cintaku, tolong renungkan hal ini. Semoga Tuhan memberimu kebijaksanaan.
Amin.
- M. R. Bawa Muhaiyaddeen
Come to the Secret Garden: Sufi Tales of Wisdo

0 comments:

Posting Komentar

© Majelis Ta'lim Remaja Al-Husna, AllRightsReserved.

Designed by Zy Muhammad