Senin, 25 Oktober 2010
Sang Ibu dan Anaknya
Di bulan Ramadhan ini mari kita merenung sejenak dengan menyimak kisah berikut ini. Telah diriwayatkan ada seorang yang shalih berjalan di jalan. Tiba-tiba ia melihat pintu terbuka, lalu ada anak kecil keluar dari pintu itu meminta pertolongan sambil menangis. Sedangkan ibunya berada di belakangnya dengan mengusir si anak itu sampai dia keluar.
Akhirnya sang ibu menutup pintu depan, sehingga ia masuk rumah dan anak kecil itu pergi di tempat yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu si kecil berhenti sambil berfikir dan merenung, namun ia belum mendapatkan tempat perlindungan selain rumah yangh dia diusir darinya.
Ia juga belum mendapatkan orang yang mau melindungi dirinya selain ibunya sendiri. Terpaksa ia kembali pulang dengan jiwa yang terpukul dan dengan hati yang sedih. Setiba di rumah, ia didapatkan pintu masih tertutup rapat.Akhirnya ia tidur di depan pintu sambil
meletakkan pipinya di ambang pintu, sementara air matanya bercucuran sampai membasahi pipinya.
Lama ia tidur di situ, kemudian pergi. Ketika ibunya melihat anaknya dalam keadaan demikian, akhirnya dia langsung mengambil si anak itu sambil dirangkulnya, diciumnya, dan menangis tersedu-sedu.
Seraya berkata, "Wahai anakku, Kenapa kalian pergi meninggalkan daku, siapa yang akan melindungi kalian selain aku. Tidak aku telah berkata kepada kalian, "Janganlah kalian menyalahi perintahku dan janganlah kalian berbuat yang menyebabkan aku harus memberi hukuman kepada kalian, yang jelas itu menyalahi sifat kasih sayang yang telah Allah berikan kepadaku untuk kalian. Kemudian anak itu diambilnya dan dibawa masuk rumah.
Akan tetapi Rasulullah SAW bersabda: "Allah lebih kasih sayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada kasih sayang ibu terhadap anaknya".(HR: Muslim)
Dimanakah letak rahmat (kasih sayang) ibu dibandingkan dengan kasih sayang Allah yang meliputi segala sesuatu? Bahkan Allah lebih senang manakala ada seseorang yang bertaubat kepada-Nya. Perhatikan sabda nabi SAW: "Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kesenangan orang yang bepergian mengendarai kendaraan di hutan.
Sesampai di sana ia singgah, sedang kendaraan itu penuh dengan bekal makanan dan minuman. Lalu ia duduk di bawah pohon rindang sambil meletakkan kepalanya dan tidur sebentar di bawah pohon itu. Begitu bangun tiba-tiba kendaraan itu hilang. Akhirnya ia mencari kendaraan itu.
Ia datang ke sebuah bukit dan naik ke atasnya. Namun ia tidak melihat sesutu. kemudian ia mendatangi bukit lain sambil naik ke atasnya namun ia tetap tidak melihat apa-apa.
Sampai udara sangat panas dan ia merasa haus, akhirnya ia memutuskan untuk kembali lagi ke tempat semula. Sampai di sana ia tertidur dengan lelap. Begitu bangun, ia langsung pergi ke bawah rindang pohon sambil berbaring di bawahnya. Ia sudah patah harapan untuk mendapatkan kendaraannya kembali lalu mulai putus asa.
Tiba-tiba ketika ia terbangun dari tempat pembaringannya, kendaraannya telah ada kembali di depannya lengkap dengan bekal makanan dan minuman. Dengan demikian, Allah lebih gembira menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kegembiraan orang yang menemukan kembali harapannya."
Ketahuilah, wahai teman-temanku! Sesunguhnya dosa itu bisa meninmbulkan rasa re4ndah hati bagi orang-orang yang bertaubat dengan sebenar-benarnya. Juga menimbulkan rintihan yang dicintai oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, seseorang senantiasa meletakkan dosa-dosanya di ujung matanya, sehingga dosa-dosa itu bisa menyebabkan dirinya menyesal. Akhirnya yang asalnya ia selalu berbuat dosa kini berubah mengerjakan berbagai ketaatan dan kebaikan kepada Allah.
Read More
Akhirnya sang ibu menutup pintu depan, sehingga ia masuk rumah dan anak kecil itu pergi di tempat yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah itu si kecil berhenti sambil berfikir dan merenung, namun ia belum mendapatkan tempat perlindungan selain rumah yangh dia diusir darinya.
Ia juga belum mendapatkan orang yang mau melindungi dirinya selain ibunya sendiri. Terpaksa ia kembali pulang dengan jiwa yang terpukul dan dengan hati yang sedih. Setiba di rumah, ia didapatkan pintu masih tertutup rapat.Akhirnya ia tidur di depan pintu sambil
meletakkan pipinya di ambang pintu, sementara air matanya bercucuran sampai membasahi pipinya.
Lama ia tidur di situ, kemudian pergi. Ketika ibunya melihat anaknya dalam keadaan demikian, akhirnya dia langsung mengambil si anak itu sambil dirangkulnya, diciumnya, dan menangis tersedu-sedu.
Seraya berkata, "Wahai anakku, Kenapa kalian pergi meninggalkan daku, siapa yang akan melindungi kalian selain aku. Tidak aku telah berkata kepada kalian, "Janganlah kalian menyalahi perintahku dan janganlah kalian berbuat yang menyebabkan aku harus memberi hukuman kepada kalian, yang jelas itu menyalahi sifat kasih sayang yang telah Allah berikan kepadaku untuk kalian. Kemudian anak itu diambilnya dan dibawa masuk rumah.
Akan tetapi Rasulullah SAW bersabda: "Allah lebih kasih sayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada kasih sayang ibu terhadap anaknya".(HR: Muslim)
Dimanakah letak rahmat (kasih sayang) ibu dibandingkan dengan kasih sayang Allah yang meliputi segala sesuatu? Bahkan Allah lebih senang manakala ada seseorang yang bertaubat kepada-Nya. Perhatikan sabda nabi SAW: "Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kesenangan orang yang bepergian mengendarai kendaraan di hutan.
Sesampai di sana ia singgah, sedang kendaraan itu penuh dengan bekal makanan dan minuman. Lalu ia duduk di bawah pohon rindang sambil meletakkan kepalanya dan tidur sebentar di bawah pohon itu. Begitu bangun tiba-tiba kendaraan itu hilang. Akhirnya ia mencari kendaraan itu.
Ia datang ke sebuah bukit dan naik ke atasnya. Namun ia tidak melihat sesutu. kemudian ia mendatangi bukit lain sambil naik ke atasnya namun ia tetap tidak melihat apa-apa.
Sampai udara sangat panas dan ia merasa haus, akhirnya ia memutuskan untuk kembali lagi ke tempat semula. Sampai di sana ia tertidur dengan lelap. Begitu bangun, ia langsung pergi ke bawah rindang pohon sambil berbaring di bawahnya. Ia sudah patah harapan untuk mendapatkan kendaraannya kembali lalu mulai putus asa.
Tiba-tiba ketika ia terbangun dari tempat pembaringannya, kendaraannya telah ada kembali di depannya lengkap dengan bekal makanan dan minuman. Dengan demikian, Allah lebih gembira menerima taubat seorang hamba-Nya melebihi kegembiraan orang yang menemukan kembali harapannya."
Ketahuilah, wahai teman-temanku! Sesunguhnya dosa itu bisa meninmbulkan rasa re4ndah hati bagi orang-orang yang bertaubat dengan sebenar-benarnya. Juga menimbulkan rintihan yang dicintai oleh Allah SWT.
Oleh karena itu, seseorang senantiasa meletakkan dosa-dosanya di ujung matanya, sehingga dosa-dosa itu bisa menyebabkan dirinya menyesal. Akhirnya yang asalnya ia selalu berbuat dosa kini berubah mengerjakan berbagai ketaatan dan kebaikan kepada Allah.
Jumat, 22 Oktober 2010
Kamis, 21 Oktober 2010
Ananiah
Kata ananiah berasal dari bahasa Arab ana yang berarti saya atau aku, kemudian mendapat tambahan kata iyah. Ananiah berarti ’keakuan’. Sifat ananiah biasa disebut egois, yaitu sikap hidup yang terlalu mementingkan diri sendiri bahkan jika perlu dengan mengorbankan kepentingan orang lain.egois merupakan sifat tercela yang dibenci oleh Allah swt. dan manusia karena cenderung berbuat sesuatu yang dapat merusak tatanan pergaulan kehidupan bermasyarakat. Orang yang egois biasanya membangga-banggakan diri sendiri, mengganggap orang lain hina dan rendah. Padahal Allah swt. dengan tegas tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Firman Allah swt :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (QS. An Nisa : 36 )
Contoh Ananiah; suka membanggakan diri sendiri, merasa diri paling benar, menganggap orang lain salah.
2. Menghindari Prilaku Ananiah
Untuk dapat menghindari perilaku ananiah bukanlah suatu hal yang mudah karena setiap manusia pasti memiliki sikap egoistis. Hal-hal yang harus dilakukan agar terhindar dari perilaku ananiah sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa perbuatan ananiah dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
b. Menyadari bahwa perilaku ananiah apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap takabur yang dibenci Allah swt
c. Menghindari bahwa manusia diciptakan sama dan mempunyai hak yang sama.
d. Membiasakan diri untuk bersedekah dan beramal saleh
e. Menekan hawa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.
3. Akibat buruk dari sifat ananiah atau egois antara lain :
a. jauh dari pertolongan dan rahmat Allah, sebab orang yang egois tidak suka menolong orang lain.
b.Menumbuh suburkan sifat rakus, tamak, dan sombong.
c.Menimbulkan kebencian dan permusuhan , sehingga merugikan diri sendiri.
Read More
Firman Allah swt :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri.” (QS. An Nisa : 36 )
Contoh Ananiah; suka membanggakan diri sendiri, merasa diri paling benar, menganggap orang lain salah.
2. Menghindari Prilaku Ananiah
Untuk dapat menghindari perilaku ananiah bukanlah suatu hal yang mudah karena setiap manusia pasti memiliki sikap egoistis. Hal-hal yang harus dilakukan agar terhindar dari perilaku ananiah sebagai berikut :
a. Menyadari bahwa perbuatan ananiah dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
b. Menyadari bahwa perilaku ananiah apabila dibiarkan akan mengarah pada sikap takabur yang dibenci Allah swt
c. Menghindari bahwa manusia diciptakan sama dan mempunyai hak yang sama.
d. Membiasakan diri untuk bersedekah dan beramal saleh
e. Menekan hawa nafsu dan memupuk sikap tenggang rasa.
3. Akibat buruk dari sifat ananiah atau egois antara lain :
a. jauh dari pertolongan dan rahmat Allah, sebab orang yang egois tidak suka menolong orang lain.
b.Menumbuh suburkan sifat rakus, tamak, dan sombong.
c.Menimbulkan kebencian dan permusuhan , sehingga merugikan diri sendiri.
Zuhud
Arti kata zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.
Ada 3 tingkatan zuhud yaitu:
1. Tingkat Mubtadi’ (tingkat pemula) yaitu orang yang tidak memiliki sesuatu dan hatinya pun tidak ingin memilikinya.
2. Tingkat Mutahaqqiq yaitu orang yang bersikap tidak mau mengambil keuntungan pribadi dari harta benda duniawi karena ia tahu dunia ini tidak mendatangkan keuntungan baginya.
3. Tingkat Alim Muyaqqin yaitu orang yang tidak lagi memandang dunia ini mempunyai nilai, karena dunia hanya melalaikan orang dari mengingat Allah. (menurut Abu Nasr As Sarraj At Tusi)
Menurut AI Gazali membagi zuhud juga dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Meninggalkan sesuatu karena menginginkan sesuatu yang lebih baik dari padanya
2. Meninggalkan keduniaan karena mengharap sesuatu yang bersifat keakheratan
3. Meninggalkan segala sesuatu selain Allah karena terlalu mencintai-Nya
Dalam keterangan di atas dapat disimpulkan pandangan bahwa harta benda adalah se’suatu yang harus dihindari karena dianggap dapat memalingkan hati, dari mengingat tujuan perjalanan sufi yaitu Allah. Namun ada yang berpendapat bahwa zuhud bukan berarti semata-mata tidak mau memiliki harta benda dan tidak suka mengenyam nikmat duniawi, tetapi sebenarnya adalah kondisi mental yang tidak mau terpengaruh oleh harta dan kesenangan duniawi dalam mengabdikan diri kepada Allah
Sifat Wajib Bagi Nabi dan Rasul
Sifat-sifat para nabi dan rasul Allah SWT :
1. Siddiq / siddik / sidiq / sidik
Siddiq berarti benar dan perkataan dan perbuatan. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul adalah seorang pembohong yang suka berbohong.
2. Amanah / Amanat
Amanah artinya terpercaya atau dapat dipercaya. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul adalah seorang pengkhianat yang suka khianat.
3. Fathonah / Fathanah / Fatonah
Fathonah adalah cerdas, pandai atau pintar. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.
4. Tabligh / Tablik / Tablig
Tabligh adalah menyampaikan wahtu atau risalah dari Allah SWT kepada orang lain. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul menyembunyikan dan merahasiakan wahyu / risalah Alaah SW
Read More
1. Siddiq / siddik / sidiq / sidik
Siddiq berarti benar dan perkataan dan perbuatan. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul adalah seorang pembohong yang suka berbohong.
2. Amanah / Amanat
Amanah artinya terpercaya atau dapat dipercaya. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul adalah seorang pengkhianat yang suka khianat.
3. Fathonah / Fathanah / Fatonah
Fathonah adalah cerdas, pandai atau pintar. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.
4. Tabligh / Tablik / Tablig
Tabligh adalah menyampaikan wahtu atau risalah dari Allah SWT kepada orang lain. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul menyembunyikan dan merahasiakan wahyu / risalah Alaah SW
Menyelamatkan semut kecil, perbuatan yang sangat mulia
Menyelamatkan semut kecil, perbuatan yang sangat mulia
Cerita diambil dari buku:
Hati, Diri dan Jiwa. Psikologi Sufi untuk Transformasi.Robert Frager
Dahulu kala, ibu sultan dikenal sebagai seorang dermawan. Ia menanam pohon-pohon sebagai tempat berteduh bagi penduduk Istambul di kala musim panas. Ia juga membiayai jaringan sumur sehingga para penduduk dapat memperoleh air dengan lebih mudah. Ia membangun mesjid, sekolah, juga rumah sakit, yang ia bantu dengan lahan yang menghasilkan pemasukan. Sehingga, semua itu dapat berfungsi selama-lamanya.
Ketika rumah sakit tersebut sedang dibangun, ia mengunjungi lokasinya. Di sana ia melihat seekor semut jatuh kedalam beton yang masih basah. Ia memutuskan bahwa tak ada satu ciptaan pun yang boleh menderita akibat tindakan dermanya. Ia menancapkan payung buatan Prancis miliknya yang mahal kedalam beton tersebut, kemudian mengangkat keluar semut tersebut.
Beberapa tahun kemudian, pada malam kematiannya, beberapa teman dekatnya bermimpi tentang dirinya. Ia tampak muda dan berseri-seri. Dan ketika ia ditanya apakah ia masuk surga karena seluruh dermanya, ia menjawab, “Tidak, keadaan yang kualami sekarang adalah semata-mata karena seekor semut yang kecil.”
Selasa, 19 Oktober 2010
Syarat Menuntut Ilmu
SYARAT MENUNTUT ILMU
Menurut Imam Syafi'i dari Sayyidina Ali r.a. bahwa syarat menuntut ilmu itu ada 6 (enam), yaitu:
1. Zaka in (Cerdas)
2. Hirshin (Gemar)
3. Ishtibarin (Sabar)
4. Bulghotin (Biaya)
5. Irsyadi Ustadzin (ada Petunjuk dari guru)
6. Thuli Zamani (Butuh waktu yg cukup lama)
Sumber: Kitab Ta'lim Al-Muta'alim
Langganan:
Postingan (Atom)